Selasa, 26 Agustus 2008

Marhaban Ya Ramadhan……

Salah satu ibadah yang diperintahkan Allah SWT adalah puasa atau shiyam. Secara bahasa,kata shiyam atau shaum berarti “menahan”,”berhenti”,atau “tidak bergerak”. Manusia yang berusaha menahan diri dari satu aktifitas apa pun bentuknya dinamai sha’im(berpuasa). Pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariah sehingga shiyam hanya digunakan untuk “menahan diri dari makan,minum,dan upaya mengeluarkan sperma dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari”.

Perintah berpuasa di bulan Ramadhan ada dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183-187.Puasa Ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi SAW berada di Madinah dan para ulama bersepakat surat Al-Baqarah turun dikota ini. Para sejarawan menyatakan kewajiban melaksanakan puasa Ramadhan ditetapkan Allah pada 10 Sya’ban tahun Hijrah.

Ramadhan diambil dari kata ramadh, yang artinya “membakar”. Di bulan itu,seluruh dosa para hamba Allah habis terbakar oleh amal-amal ibadah yang dilakukan. Orang yang hatinya dipenuhi kesadaran akan fitrahnya berusaha memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang datang hanya (maksimal) tiga puluh hari dalam setahun. Ia akan senantiasa berusaha memenuhi hari-harinya dengan berbagai aktivitas ibadah, baik yang wajib maupun yang sunah, sehingga akhirnya akan keluar dari bulan ini dengan membawa kemenangan yang besar dan kembali kepada fitrah kesucian; minal aidin wal faizin.

Uraian Al-Quran tentang kewajiban puasa dimulai dengan ajakan kepada setiap orang yang memiliki iman walau seberat apa pun, “ Wahai orang-orang beriman, diwajibkan kepada kamu puasa, sebagaimana telah diwajibkan atas umat-umat terdahulu sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.

Hal ini menegaskan bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk insan yang bertakwa, dalam arti mampu melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa takwa merupakan sumber segala kebaikan, baik duniawi maupun ukhrawi. Orang yang bertakwa akan diberi jalan keluar dari segala macam kesulitan, diberi rezeki (lahir maupun batin) yang banyak dimudahkan segala urusannya, dan diampuni segala dosanya, dan dilipatgandakan pahala ibadahnya oleh Allah SWT. Oleh karena itu, kesempatan meraih derajat takwa yang diberikan oleh Allah hendaklah dipergunakan sebaik mungkin sehingga kita dapat meraih kebahagiaan dan kebaikan di dunia dan akhirat.

Ada gunung tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng curam, belukar lebat, bahkan ada perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Namun bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang. Saat itu akan nampak jelas rambu-rambu jalan, tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan AR-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah SWT.

Tentu kita perlu bekal guna menelusuri jalan itu, tahukah anda apakah bekal yang baik itu? Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi nafsu agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan salat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa, dan Negara. Semoga kita berhasil dan untuk itu mari kita membuka lembaran Al-Quran untuk mempelajari bagaimana tuntunan yang semestinya kita lakukan agar segala amal baik kita diterima Allah SWT.

H. Herdiansyah Achmad LC.

Tidak ada komentar: